Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Bandar Irigasi Sungai Beringin Dibangun Pada Masa Jahja Dt. Kajo

Gambar
  Foto ini adalah Jahja Dt. Kajo (Yahya Dt. Kayo) yang pernah menjadi Tuanku Demang Pajacombo (Payakumbuh) tahun 1915 — 1918 dan setelahnya ia menjadi Demang Padang Panjang. Pada tahun 1927, demang asal Koto Gadang ini dipercaya menjadi anggota Minangkabauraad (sejenis anggota parlemen pada zaman sekarang). Semasa menjadi anggota parlemen, engku ini menyarankan kepada parlemen untuk membuat irigasi di Sungai Beringin yang nanti diteruskan untuk pengairan sawah-sawah hingga sampai ke Lampasi. Berkemungkinan, irigasi itu dimulai dari Baromban di Batang Lampasi Sungai Beringin. Dan foto seperti kanal ini adalah bandar irigasi yang telah dibuat sejak zaman Hindia Belanda. Sejak dibangunnya bandar irigasi ini, hasil pertanian padi semakin meningkat. Tentu besar sekali jasa-jasa putra asal Koto Gadang Agam ini. Catatan: Jahja Dt. Kajo merupakan orang pertama yang berbicara bahasa Indonesia di parlemen. Sebelumnya bahasa resmi di parlemen adalah Bahasa Belanda. Feni Efendi, pencatat memori ko

Nama Anak Zaman Dulu di Payakumbuh dan Minangkabau

Gambar
Fajarsumbar.com -- Sebagaimana falsafah " alam takambang jadi guru ", benar-benar diterapkan oleh orang Minangkabau sejak dulu. Salah satunya tentang pemberian nama. Dan hal itu, terus berkembang dan berganti sesuai perkembangan zaman. Kalau diperhatikan di dalam kaba-kaba atau tambo, orang-orang dulu bernama seperti Magek Jobang, Cindua Mato, Puti Saribanilai, Lenggogeni, Saribanun, Sutan Balun, Cati Bilang Pandai, dll. Lalu setelah bergesernya zaman dan masuknya budaya islam maka orang-orang Minang pun memberikan nama-nama anaknya seperti Sultan Alif, Syarif Peto, Abdurahman, Khatib, Muhammad Attar, Zainab, Halimah, Rohana, Siti, dan lain-lain. Dan pada awal abad 20 pun, trend pemberian nama anak-anak di Minangkabau juga ikut berubah seperti Arisun, Safarudin, Zainudin, Agus Salim, Sutan Syahrir, Chairil Anwar, Sanusi Pane, Alisyahbana, Idrus, Rusli, Syarifah, Rasuna Said, Latifah, Fatimah Jalil, dan lain-lain. Setelah Belanda angkat kaki, kecendrungan pola pemberian nama a

Feni Efendi Serahkan Buku PDRI ke Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo

Gambar
SAGONEWS.COM   - Penulis buku sejarah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Jejak Yang Terlupakan, Feni Efendi bertemu bupati Limapuluh Kota, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, di aula rumah dinas bupati Labuah Basilang, Senin malam (17/05). Dalam pertemuan itu, Feni Efendi menyerahkan karyanya yang berjudul "PDRI Jejak Yang Terlupakan" kepada bupati, dilanjutkan dengan pembahasan isi buku tersebut. Menurut Feni Efendi, peristiwa terbesar dan rentetan PDRI terpanjang ada di Kabupaten Limapuluh Kota. Bupati yang merupakan putra asli Baruah Gunuang itu, nampak antusias menyambut kedatangan Feni Efendi. Menurutnya, buku ini akan dibawanya ke kementrian, sebagai bahasan lanjutan peristiwa penting kemerdekaan Indonesia itu. "Pembangunan monumen negara PDRI akan terus kita lanjutkan, buku ini bisa kita pakai sebagai rujukan," sebut bupati. Buku PDRI karya Feni Efendi itu, juga akan dilanjutkan cetakannya, sehingga bisa dipakai di sekolah - sekolah sebagai referensi ten

Ketua DPRD Hamdi Agus Tertarik Beli Buku Sejarah Kota Payakumbuh yang Berjudul Pajacombo Karya Feni Efendi

Gambar
Payakumbuh, NEWSHANTER.COM —   Buku Pajacombo yang ditulis oleh Feni Efendi mulai dilirik oleh berbagai kalangan yang penasaran dan ingin membacanya. Mulai dari masyarakat biasa, orang kantoran, hingga pejabat. Tak terkecuali Ketua DPRD Kota Payakumbuh Hamdi Agus, yang ditemui langsung oleh penulis buku Pajacombo, Feni Efendi di Rumah Dinas Ketua DPRD, Sabtu (25/9) malam. “Buku Pajacombo ini yang ditulis saudara Feni Efendi, seorang anak muda yang luar biasa memberikan karya dengan menulis buku ini, perlu diberikan apresiasi atas karya beliau,” kata Hamdi kepada media. Hamdi melihat buku ini bagus untuk dibaca sebagai masyarakat Kota Payakumbuh, untuk mengenal sejarah daerahnya sendiri, sejarah sejak sebelum Luhak Lima Puluh ada, sampai pasca kemerdekaan. “Sebuah daerah yang ingin mendapatkan kesuksesan, masyarakat dan para tokoh serta pemangku kepentingannya tentu perlu belajar sejarah daerahnya sendiri, melihat nilai-nilai kebudayaan, mengambil semangat di masa lalu untuk berbuat di

Literasi Generasi Muda di Kota Payakumbuh Diusung oleh Pustaka Dua-2 Rumah Baca

Gambar
Literasi Go Cafe yang diusung oleh Pustaka Dua-2 Rumah Baca dan Diskusi Sastra untuk mengajak generasi muda mencintai buku dan dunia literasi digelar di Kota Payakumbuh, Minggu (03/10). Kafe atau tempat nongkrong biasa dijadikan anak muda untuk ngumpul sambil minum kopi dan makan bareng teman, kini dijadikan lokasi untuk kegiatan diskusi karya dan bedah buku oleh Pustaka-2. Kafe yang jadikan tempat kegiatan diskusi literasi ini adalah Coffebike Kota Payakumbuh yang berlokasi di Jalan Sukarno Hatta-Pakan Sinayan-Payakumbuh Barat dengan owner Ari Martin juga mengonsep kafe berliterasi, sehingga menyediakan buku di kafenya. Diskusi Literasi yang diadakan membedah buku antologi karya Aisyah Yulianti dengan judul “Setiap Orang Punya Jalan Hidupnya Masing-masing”. Diskusi dan bincang buku yang dipandu oleh Panji Anugerah berjalan dengan seru ditemani secangkir minuman dari Coffebike menambah segar ingatan dan pikiran agar ide dan motivasi menulis terus mengalir. Peserta yang mengikuti kegiat

Bedah Buku Iyut Fitra dan Feni Efendi, Selendang Ibu Perdana Menteri

Gambar
Sebagai corong kaba (pusat informasi) kegiatan kebudayaan di Sumatera Barat.  Maka keberadaan akun dinas kebudayaan dimanfaatkan sebagai sarana informasi dan pendataan kegiatan kebudayaan baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan maupun Daerah, Komunitas, Pelaku Budaya dan Seni Serta Masyarakat.. Meneruskan kabar dari  Komunitas Seni Intro BEDAH BUKU Luak Limo Puluah adalah NEGERI KATA-KATA. Satrawan demi sastrawan terus-terusan lahir dan hadir untuk menuliskan gagasannya. Di sini kata-kata tak akan pernah mati! Kesempatan kali ini dua orang penyair (Thendra Malako Sutandan Okta Piliang) akan membedah dua kumpulan puisi karya Iyut Fitra dan Feni Efendi. Sebagai apresiasi kepada mereka yang berkarya, kami undang bapak/ibu/kawan-kawan/dunsanak serta handai taulan untuk menjadi bagian dari kegiatan ini yang akan dilaksanakan Sabtu, 30 November, pukul 19.00-selesai di Komunitas Seni INTRO Payakumbuh. Salam sastra! disbud.sumbarprov.go.id

Mari Belajar Sejarah Kota Payakumbuh, Ketua DPRD Hamdi Agus Beli Buku Pajacombo Karya Feni Efendi

Gambar
Buku Pajacombo yang ditulis oleh Feni Efendi mulai dilirik oleh berbagai kalangan yang penasaran dan ingin membacanya. Mulai dari masyarakat biasa, orang kantoran, hingga pejabat. Tak terkecuali Ketua DPRD Kota Payakumbuh Hamdi Agus, yang ditemui langsung oleh penulis buku Pajacombo, Feni Efendi di Rumah Dinas Ketua DPRD, Sabtu malam 25 September 2021 . Ketua DPRD katakan, Buku Pajacombo yang ditulis saudara Feni Efendi, beliau adalah seorang anak muda yang luar biasa, memberikan karya dengan menulis buku dan ini perlu diberikan apresiasi atas karya beliau. Hamdi melihat buku ini bagus untuk dibaca sebagai masyarakat Kota Payakumbuh, untuk mengenal sejarah daerahnya sendiri, sejarah sejak sebelum Luhak Lima Puluh ada, sampai pasca kemerdekaan. Politikus PKS itu mengatakan, sebuah daerah yang ingin mendapatkan kesuksesan, masyarakat dan para tokoh serta pemangku kepentingannya tentu perlu belajar sejarah daerahnya sendiri, melihat nilai-nilai kebudayaan, mengambil semangat di masa lalu